• SMP NEGERI 1 NGEBEL
  • Where The Future's Leaders Come together

ANTOLOGI PUISI

SYAHDU

Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.

 

 

Kututup rapat mataku

Kudekap erat malamku

Hening....tanpa suara

Hanya hembusan nafas

Pelan yang membelah suasana

Syahdu merindu, kutepis diantara belukar cinta

Yang membahana

Sebuah nama tiada indah disapa,

Namun tiada elok untuk dilupa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASRAH

Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.

 

Kau sapa aku diufuk pagi

Kau raih tanganku, kau ajak berlari

Meniti lekuk terjal situs sejarah hidupmu

Tanpa peduli rintang menghadang, pasti

Hingga kutergolek dalam keterpanaan raga

Lemah tiada berdaya

Kalut tiada terbalut

Dan akupun tertunduk dalam beku

Yang membiru.

 

 


 

LARI

Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.

 

 

Kicauku tak lagi merdu ditelingamu

Sangkarku tak lagi emas yang menyilaukan

Kepakan sayapku tak lagi menggebu

Namun aku tak butuh belas kasihmu

 

Dan....

Ketika kau datang menghampiriku

Untuk membelai lembut bulu-buluku

Aku terhenyak namun aku mengepak

Karena mataku tak lagi bersih memandangmu

 

Sekalipun seribu kakimu melangkah mendekatiku

Seribu langkah yang kan kugunakan untuk berlari darimu

Walaupun seribu peti emas kau usung dihadapanku

Seribu jelaga yang kan kusiramkan pada wajah busukmu

 

Biar kuterbang dengan sayap kecilku

Biar kubawa secuil asa yang masih tersisa

Biar kutabur cahaya disebuah senja

Dan lentera sebagai pemecah gelapnya suasana.

 

 


 

HAMPA

Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.

 

 

Bibir terkatup rapat

Namun…

Gemuruh dalam dada

Sesak dan menyesakkan

 

Urat saraf seakan menegang

Gelegak darah seakan terhenti

Panas terasa

Pening terbawa

 

Pandangan menerawang

Jauh tiada batas

Menembus dinding-dinding keras

Tiada yang ditemukan disana

Hampa!!!

 

Ingin meraih

Namun…

Jurang menganga tiada bertepikan

Curam dan terjal tiada terlukiskan

 

Sentuhan halus yang tiba-tiba

Menyadarkanku

Dan akupun tergolek lemas

Tiada berdaya

 

 

 

 

 

SAYA

Oleh : Bambang Tri Antoro, S.Pd

 

 

manis rasanya.

ketika dilantunkan AsmaNya  beranjak tertegakkan panggilannya.

saat risalahNya direndahkan sontak kalbu gemuruh tergelora.

saat hitam putih tak tercampur warna nyata penuh pembeda.

hmm...indahnya....

 

tapi sekarang apa?

panggilanNya tak lagi menggetarkan.

AsmaNya tak lagi terlantunkan.

tuntunanNya risau tertunjukkan.

 

ingin rasanya meranum kembali...

kala 'nglilir nang' terdengar di pagi dan senjanya.

kala kaki-kaki lincah ceria melingkar 'dampar' berisi penuh do'a.

saat tiap helai goresan terucap memberi makna.

saat pengharapan tangisan syukur  terpanjatkan hanya padaNya.

 

duh gusti...

sadarkan disetiap bisikan terbilang kumelambung, sesungguhnya banyak-banyak harus merenung.

duh gusti...

terjagakan disetiap tipuan terpananya dunia, sesungguhnya fana yang membawa merana.

 

 

 

 

PERJUANGAN

Oleh : Muhaji, S.Pd

 

Kau berangkat pagi

Dengan semangat membara

Untuk meraih cita-cita

Demi masa depan yang bahagia

            Namun godaan demi godaan

            Terus melanda si calon bahagia

            Perlu langkah pasti untuk mencapai

            Merubah godaan jadi peluang

Kita sandarkan semua pada-Nya

Sang penentu kebahagiaan

Hati lebih tentram dan nyaman

Dalam menyongsong masa depan

 

 

 

KEMBALILAH

Oleh : Ide Ajarwirawan, S.Pd

 

Pak…

Adakah salah kami

Adakah kurang santun kami

Adakah kurang serius kami

            Pak…

            Akhir-akhir ini kami kehilangan arah

            Tak tahu mau melakukan apa

            Tak paham juga mau kemana

            Yang pasti kehilangan arah

Pak…

Kembalilah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Entahlah....

Oleh : Jatmoko Tri Subiyantoro, S.Pd

 

 

Sebenarnya ......

Aku ingin menjadi yang tak mudah mengeluh

Yang tegar dan tak rapuh

Yang ingin berkata dan bertindak dengan sungguh

 

Kata mereka

Hidup itu tentang keyakinan, kecintaan  dan kesungguhan

hidup adalah pembuktian

 

Namun nyatanya

Terlalu banyak keluh

Meski hanya setitik peluh

 

sulit memang.....

tapi bagaimanapun juga harus dilakukan

harus dipaksakan

harus dikalahkan

apapun dan bagaimanapun itu

entahlah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DO’A SANG GURU

Oleh : Maslikhah, S.Pd

 

Tuhan…

Bantulah aku di setiap sujud menghadapmu

Memohon dan bermunajat untuk murid-muridku

Tuhan…

Kuatkan suara, tubuh dan pikiran mereka

Tingkatkan motivasi pada setiang langkah mereka

Berikan ekspresi pada perasaan mereka

Kendalikanlah tingkah laku mereka

Dan yang terpenting

Berikan kasih, saying dan cinta di hati mereka

Agar pikiran dan hati nurani tidak punah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rindu Daun Lumbu

Oleh : Susanto, S.Pd

 

Hujan akan kembali datang

Seperti janjinya yang pernah hilang

Janji yang terucap pada daun lumbu di pekarangan

Janji yang tersampai

Pada rinai di bulan Juli

Tetesannya mengalir

Tersentuh tak menyatu

Daun lumbu selalu merindu

Walau tak pernah bercumbu

 

 

 

Rindu dan Harapan

Oleh : Ispramono, S.Pd

 

Tertegun sejenak mataku memandang

Wajahku yang lusuh lesu tak terhadang

Memikirkan anak didikku tersayang

            Anak didikku sayang……

            Ilmuku adalah bekal masa depanmu

            Nasehatku adalah embun penyejuk hatimu

            Karyaku adalah tauladan untukmu

            Doaku adalah pembuka jalan untukmu

Anak didikku sayang……

Tetapkan hatimu bulatkan tekadmu

Tetapkan langkahmu ayun asamu

Hari esok menanti karyamu

Hari esok menanti baktimu

 

 

PENGORBANAN IBU

Oleh : Ali Wahyudi S.Pd

 

Malam ketika itu…

Kudengar sebuah cerita tentangmu ibu

Tentang sejarah adanya diriku

Sejarah pengorbananmu selama 9 bulan

Kudengar…

Engkau menangis di setiap malam di setiap sujudmu

Engkau menahan kesakitan di sela hari-harimu

Engkau merelakan semua keinginan dan anganmu

            Semua tangismu untuk mendoakanku

            Semua kesakitanmu demi kebaikanku

            Semua keinginan buat masa depanku

            Ibuku…

            Kasih sayangmu sepanjang masa

            Cinta kasihmu tak terbatas emas permata

            Aku mencintaimu ibu…

 

 

 

JERIT TANGIS SANG LELUHUR

Oleh : Sutanto, S.Pd

 

Berabad tahun silam

Merajut, merakit jampi-jampi dan dupa

Duduk bersila mandi peluh tak terasa

Terkobar semangat jiwa

Tundukkan kepala pada yang kuasa

Duduk bersila komat-kamit

Bermunajad, berdo’a

Jari jemarimu hendak meraih segenggam harapan di sana

Langkahmu kian pasti

Menjelajahi tangga cita

Usaha telah terlaksana

Adakah hasil nyata

Peluh, keringat bercucuran

Lempengan besi dibakar dibentuk

Bermacam nama dirasa

Mengalunkan irama yang indah

Zaman baru membakar

Sirna sudah tak terasa

Angkuh, sombong, karena perut

Tak lagi kau peduli

 

 

 

PAHLAWAN DEVISA

Oleh : Sri Wahyuni, S.Pd

 

Hanya harapan

Yang akan membuatmu bertahan

Bahkan semangatmu

Dapat melampaui kesedihan

            Keberangkatan yang dipenuhi kata tanda Tanya

            Keraguanpun kau tutupi dengan senyuman

            Yang ada hanyalah segenggam harapan

            Demi perbaikan hidup di masa depan

Kini jalanmu telah terbuka

Selembar peta dan bintang di angkasa

Akan menuntunmu kepada-Nya

Selamat berjuang pahlawan devisa

            Dunia sudah mengakuimu

            Jauhkan rasa rindu pada keluarga

            Semoga pengorbananmu

            Menjadi inspirasi bagi generasi muda

 

 

 

JIWA PEMUDA

Oleh : Supriati, S.Pd

 

Angkat tanganmu wahai pemuda

Kepalkan dengan semangat jiwa

Menata kemajuan bangsa

Kamu pemuda pencipta surga Indonesia

            Hidupmu bukan debu pencemar pengotor Negara

            Hidupmu bukan benalu, perusak bumi yang layu

            Ragamu bukan batu, yang tercipta dalam debu

            Ragamu bukan putri malu, surut mundur tak ingin maju

Hidupmu lampu penerang bangsa

Hidupmu madu pemanas derita jelata

Ragamu udara yang melaju

Ragamu buas harimaumu

 

 

 

ASA LEBARAN

Oleh : Roedy Julianto

 

Malam lebaran

Rembulan… di atas hamparan

Tertatih gontai langkah sekumpulan anak jalanan

Diantara nyaring gema takbiran

Berpacu di kegelapan malam

Masih tersisa sedikit harapan

Runtuhnya sekeping recehan

 

 

 

PERMAINAN RASA

Oleh : Martini, S.Pd

 

Rasa itu datang dari sang pencipta

Kapan rasa itu datang

Dan kapan rasa itu hilang

Karena rasa itu bisa keluar nalar

Nalar yang mengakar

Karena rasa orang bisa tersesat

Karena rasa orang bisa merasa

Karena rasa orang menjadi bisa

Karena rasa orang akan merasa

Karena rasa menjadi malapetaka

Karena rasa harus terjaga                                                                                            

Sanjung rasa bagaikan mas berlian

Karena rasa itu...................

Satu satuan ciptaan Sang Illahi

Yang harus dimaknai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NIAT TULUS SEORANG GURU

Oleh : Kadenun, S.Pd

 

Dikala berangkat ke sekolah

Semua rencana siap sedia

Baik kondisi sehat atau lelah

Tiada lupa disertai dengan do’a

            Walaupun jarak tempuh cukup jauh dari sekolah

            Kita tetap ikhlas dan istiqomah

            Percayalah Tuhan Maha Pemurah

            Insyaallah hasil akhir akan barokah

Hilang perasaan tegang pada kita

Akan berubah menjadi ceria

Dikala berinteraksi dengan para siswa

Selalu taat, patuh dan menghargai kita

            Puas dan lega perasaan di dalam hati

            Tatkala proses pembelajaran usai

            Bersyukur dan berdo’a pada Illahi

            Semoga Tuhan meridhoi niat kami

 

 

 

LANGIT SIANG

Oleh : Aris Ngesti Budi Utami, S.Pd

 

Ada angan menerawang di siang

Angan membentang diantara padang ilalang

Harapan akan hari yang mendatang

Gemuruh gendang hati lantang menerjang

Menggapai hari yang berjalan dengan tenang

Hai dengar anak-anakku

Sabar  ,ikhtiar , tegar terus berkobar

 Raih  harimu dengan mata binar pandang langit biru nan bersinar

Pantang menyerah walaupun kalah

Karena kalah bukan berarti mati

Kalah ibarat dormansi

Untuk persiapan tumbuh nan berseri

Seperti bunga di depan kelas yang berwarna warni

Pupuk dan sirami setiap hari

Biar tambah biji demi biji

Menghiasi halaman sekolah ini dan menyejukan hati

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KAU DAN AKU

Oleh : Kusrini, S.Pd

 

Aku harus bagaimana?

Aku kau suruh menghormati hokum

Kebijaksanaanmu menyepelekannya

Aku kau suruh berdisiplin

Kau menyontohkan yang lain

            Kau ini bagaimana?

Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat

Kau bilang kau suka damai

Kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana?

Aku kau suruh membangun

Aku membangun kau merusaknya

Aku kau suruh menabung

Aku menabung kau menghabiskannya

            Kau ini bagaimana?

            Kau suruh aku menggarap sawah

            Sawahku kau Tanami rumah-rumah

            Kau bilang aku harus punya rumah

            Aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana?

 

 

 

IBU

Oleh : Maurinus Ponijan, S.Pd

 

Sekian lama kau membimbingku

Berliku jalan yang kau tempuh

Badan lelah tak pernah kau rasa

Takkan ku lupa jasamu sepanjang masa

Ibuku,

            Di sampingmu kuingin berteduh

            Rindu hatiku ingin bertemu

            Ku hanya bias merenung

            Atas kepergianmu

 

 

 

PUISI ILAHI

Oleh : Muhammad Barid, S.Ag

 

Kemolekanmu tak akan pernah tertandingi meski oleh bidadari

Kekuatan syairmu mengalahkan indahnya kidung sunyi para musisi

Gelora semangatmu tak mampu terbendung walau dengan berbagai konspirasi

Bentang sayapmu begitu luas merengkuh segala pertiwi hingga menembus ke relung hati

            Puisi ilahi…

            Amarahmu begitu menggetarkan sanubari

            Bahkan mampu mengunci mati hati insane

            Detak jantungmu begitu mengintimidasi

Kekosongan jiwa akan mampu terisi hanya dengan menyelami sanubarimu

Ketotalitasanmu tak kan mampu menggeser kekuatan para pesaingmu

Puisi ilahi…

Mampukah diriku menyatu visi…

 

 

 

HARAPAN KOSONG

Oleh : Surti Ariyani

 

 

Surya tenggelam di ujung barat

Untuk me-----

Rembulan bersinar di malamnya

Tak seindah

Impian yang ku harapkan

 

 

 

Anakku…

Oleh : Sri Hartatik

 

Walau kau lahir bukan dari rahimku

Tapi kau sudah kuanggap sebagai anak kandungku

Anakku…

Engkau adalah anakku saat di rumah maupun di sekolah

Anakku…

Perlu kau tahu kini bapak – ibu sedang resah

Engkau sering berbuat ulah

Engkau adalah tumpuan pijakan masa depan

Engkau adalah harapan hadapi kejamnya jaman

Ayo kita berbuat tuk sahabat dan masyarakat

Ayo kita berusaha tuk mencari ridho yang kuasa

Ayo kita bangkit

Ayo kita usir

Tinggalkan yang mubadzir

Bekali diri tuk hari akhir

 

 

 

GADIS WAKTU MATAHARI NAIK SEPENGGALAHAN

Oleh : Isna Mar’atus Mubarokah, ST

 

Bukan bidadari dari surga

Bukan pula putri seorang raja

Apalagi pemenang kontes kecantikan dunia

Tapi…

Pesonanya membius insan manusia

Pesonanya bukan karena editan kamera

Pesonanya bukan karena indahnya busana

Pesonanya bukan karena relativitas manusia

Gadis itu…

Senyumnya menyejukkan

Tuturnya menentramkan

Tingkahnya mendamaikan

Karena…

Manifestasi dari waktu yang tak pernah ia tinggalkan

Munajatnya saat matahari naik sepenggalahan

Gadis itu…

Gadis waktu matahari naik sepenggalahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BENCANA

Oleh : Dra. Rully Dwi Riana

 

Wahai manusia…

Jangan kau sesali.. Tuhanmu

Memberikan hukuman berat

Hingga ratusan nyawa menjadi korbannya

Tak ingatkah bagaimana kelakuanmu terhadap alam

Kau rusak semua tanpa sedikitpun iba

Masih ingatkah…

Bagaimana ratusan pohon kau tebang

Ribuan hektar kau bakar

Hingga…

Bumi yang indah ini hilang keseimbangannya

Wahai manusia…

Itulah balasan alam kepadamu

Agar kamu sadar

Bahwa…

Kau amat kecil…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CERMIN DIRI TAK SAMPAI

Oleh : Rias Susilowati, S.Pd. M.Pd.

 

 

Saat terdeteksi… merinding

Ketakutan menghujam sampai ke ulu hati

Resah terhampar

Gelisah tergambar

Badai bertubi-tubi

Menghantam ganas relung hati…

 

Mampukah aku

Menciptakan cahaya hati

 

 

 

JIKA

Oleh : Rias Susiloowati, S.Pd., M.Pd.

 

Lakumu nyasaaar

Senyummu hambar

Nadamu sumbang

Itu rasamu

            Bangun

            Bangunlah nak……

            Tuangkan

            Luapkan

            Tumpahkan

Pasrahkan…

Tengadah ke langit

Segenap hatimu

Tanpa ba bi bu

                                    Jalan lurus

                                    Ikut alur

                                    Tenang, nyantai, landai

                                    DAMAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JALAN MENUJU SURGA

Oleh : Murti Widayati, S.Pd

 

Gemetar tangan ini

Bermuarakan keringat dingin

Rasa cemas menyelimuti diriku

Ada apa dengan telapak tanganku ini?

            Kupandangi terus

            Serasa tak mampu tuk berkedip

            Sesekali kuusap..

            Kuraba

Ada apa dengan telapak tanganku ini?

Semakin kupandangi,

Semakin jelas

Nyata…

            Nampak guratan-guratan kecil

            Woow…

            Bukan!

            Bukan sekedar guratan

Itu sebuah jalan…

Jalan yang sangat membingungkan

Ada pertigaan, perempatan bahkan perlimaan

Terjal berlobang

            Hati-hati..

            Ya, hati-hati

            Sampai salah melangkah bias terperosok ke jurang

            Jurang tak berbatas

Ku tatap ke depan

Kucoba untuk melangkah perlahan…

Menelusuri lorong-lorong yang terjal

Berliku…

            Terseok-seok ku melangkah

            Terasa melelahkan

            Lelah…

            Dimakan usia

Melangkah…

Teruslah melangkah

Pelan…

Tapi pasti

            Karena aku begitu yakin

            Ada satu titik jalan

            Yaitu

            Jalan menuju Surga

 

 

 

PAHIT DI RASA DAMAI DI HATI

Oleh : Murti Widayati, S.Pd

 

Lihatlah tubuhku…

Pahit rasa lidahku

Kering sudah kerongkongan ini

Lama tak tersiram rasa manis

            Lihat kulitku…

            Semakin kisut, perlahan tapi pasti

            Lelah raga ini… lelah jiwa ini

            Di sorong berjuta-juta duri

            Lelah oleh angin dan badai yang menyapu

Lihat mataku ini

Tak lagi sebening dulu

Keruh oleh air yang mengalir deras

            Lihatlah telinga ini…

            Masih terdengar nyanyian-nyanyian

            Yang mendendangkan lagu bersyairkan hujatan, makian…

            Dan alunannya begitu menyayat hati

            Semakin ngilu terasa

Sakit, marah, benci, kecewa, bangga

Berkecamuk jadi satu,

Dalam wadah mungil dan terbungkus rapi

Kemana harus kucari damai hati ini

            Sayup-sayup terdengar suara

            Semakin jelas… semakin tegas!

            Itu obat!

            Itu obat… telan semuanya!

            Jangan sampai tersisa

Kuberanikan diri menelan habis obat ini

Kutemukan rasa damai di hatiku

Dalam satu jalan keridhoan-Mu

Amin…

 

 

 

Jangan…

Oleh : Slamet Utomo, S.Pd

 

Di tengah malam yang larut

Angan menyeruak jauh ke singgasana

Jangan biarkan angan mengambang

Jadikan asa tuk sadarkan cita

Buih-buih harapan telah bertebaran

Bak intan permata di tengah lautan

Berkilau, syarat dengan warna-warni yang khas menyapa

Jangan biarkan permata putus asa

Dekati, sapa, rengkuh, sambut dan peluk dengan damai

Walau kadang sirna ditelan larutnya malam

            Jangan…  biarkan harapan ini hampa

            Teguhkan jiwa

            Satukan makna

            Jelajahi arah yang nyata nan pasti

            Lantunkan nada seindah kriya

            Jangan… biarkan ada sekat yang mendera

            Antara cipta, karsa dan rasa

Jangan… kau menderai air mata

Selagi ada Allah masih menyapa

Jangan lalai, linglung dan mengeluh

Bugarkan jiwa, arungi samudra dan jelajahi angkasa

Tuk raih seberkas makna yang hamper sirna

            Jangan… biarkan jiwa melayang tanpa batas

            Ingat karunia, jasa, karena Dia yang mencipta telah mengujinya

Jangan…

Jangan…

Diabaikan semuanya

 

 

SEMANGAT

Oleh : Ansori Priyambodo, S.Pd

 

Remang-remang sejuk menyegarkan

Dengan angin pagi

Yang tiap hari member tiupan

Energi yang terus teruji

            Pemberi semangatku…

            Pengabdian, anak dan keluarga

            Menghindarkan dari ketermanguan

            Menunggu apa yang tercurahkan

 

 

 

 

 

 

SECARIK TANDA SAYANG

Oleh : Mariyani Cholidiyah S.Pd

 

 

Kugoreskan tinta asa

Bergelut rasa di dada

Hati bergetar menahan debar

Kutuangkan dengan penuh sadar

            Peduli dasar dari keinginan

            Mandiri itu adalah tujuan

            Empati wujud kasih sayang

Bimbingan agar kau paham

Konseling agar kau tak mengulang

Advokasi bentuk pembelaan

Home visit suatu perhatian

            Menangis jika sayangku kau salah artikan

            Merintih jika sayangku kau abaikan

            Trenyuh jika kau tenggelam

            Melambung jika kau bahagia

Aku bukan polisi di setiap tindakanmu

Bukan pula satpol PP di ruang gerakmu

Bukan dukun di setiap penyakitmu

Aku adalah temanmu…

Aku juga ibumu…

Dan aku wadah curhatmu…

Kan kulayani setiap waktu

Dan mendoakanmu setiap sujudku

 

 

 

 

 

 

Masa Depan

Oleh : Laras De Arneta

 

Di masa depan

Hujan yang sejuk tak terasa sama

Rumah yang nyaman tak lagi terasa aman

Boneka-boneka cantik yang kau suka

Tak menarik lagi bagimu

 

Di masa depan

Punggungmu terhimpit oleh beban yang menekan

Engkau bermalas-malasan

Berkeping-keping obat kau telan

 

Di masa depan

Kau terdesak oleh kepanikan

Setiap hari adalah mimpi buruk

Cemas.. sendu.. gelisah..

Kau hidup dalam baying-bayang ketakutan

Atas hiruk-pikuk yang kau ciptakan pada hari ini

Ini adalah surat untukmu

Dari kamu, di masa depan

 

 

 

 

Curhatku

Oleh : Wilis Wijayanti

 

Terjaga tersentuh desir angin-Mu

Bawa langkahku sapa alam-Mu

Dingin air-Mu sentuh tubuhku

Siram semangat pagi indahku

            Niat hati curhat pada-Mu

            Di syahdunya sepertiga malam-Mu

            Kutengadahkan tanganku

            Tuhan bimbinglah langkahku selalu

 

 

 

TANPA JUDUL

Oleh : Lauri

 

Cinta kadang tak mengenal siapa yang ia perjuangkan

Cinta kadang berpura-pura kuat di hadapan tuannya

Cinta kadang terlihat bodoh ketika dipermainkan oleh tuannya

            Tapi cinta tak pernah salah apa yang telah ia lakukan kepada tuannya

            Dan ketika cinta jatuh ketahuilah dia tak pernah salah orang

            Dan cinta itu tak perlu muluk-muluk jika ingin bahagia

Ketahuilah cinta itu selalu datang tiba-tiba

Tak memberi aba-aba ataupun tanda peringatan

Seperti sehelai daun yang jatuh sekalipun dari rantingnya

 

 

 

UNTUKKU

Oleh : Istanto

 

Lidah membuat kita terluka

Hingga…

Ego membuat kita terpisah

            Aku pergi ke heningan malam

            Engkau pergi ke ujung jalan

            Tanpa menoleh lagi ke belakang

Di tepi pasir putih ini

Aku kembali merenungimu

Mengapa pengorbanan untuk cinta kita

Tak dianggap ada

 

 

 

RATRI

Oleh : Sumiran

 

Wanci sumunar lintang ing angkoso

Sumilir angin nambah ayem suasono

Ratri tenang katon gumebyar

Sarwa kesengsem elok ing netro

            Agunging panuwun marang gusti

            Tansah pinaringan rahayu

            Mugo tansah emut

            Samudaya peparinge gusti

 

 

 

RINDU

Oleh : Atika Ningtyas, S.Pd

 

Senja itu diam…

Saat pucuk cemara terpaku membisu

Usik lamunan di langit yang kian meredup

Menyembunyikan asa yang tak kunjung mengaku

            Wahai sepi…

            Masih sanggupkah kau menangguhkan rindu?

            Diam… diam… diam

            Bersembunyi di bait-bait puisi pilu

Kepada hati yang hanya mampu membisu

Bersabarlah…

Berlapanglah…

Lupakanlah…

Biarkan angin, hapus gelisah itu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kau tahu…

Oleh : Lina Elida

 

Membuat bangga orang lain sangatlah mudah

Tapi pernahkah terfikirkan…

Membuat bangga diri-sendiri?

Perang berkecamuk

Antara ingin dihargai atau menjadi diri-sendiri

            Masa muda…

            Masa tua…

            Ahhh… Mungkin aku memasuki masa…

            Hmmmmmm…….

            Masa lalu kadang bertanya

            Sekuat itukah aku…

            Setangguh itukah aku…

            Setegar itukah diriku…

            Sekerdil itukah aku…

            Masa lalu… pijakan untuk hari ini

            Aku berusaha menertawakan hari yang kemarin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jadi Apakah Aku di Masa Depan

Oleh : Alfandi Rifaul N. (IX-A)

 

Terkadang aku berfikir

Jadi apakah aku di masa depan?

Apakah aku menjadi orang mapan dengan segudang uang?

Apakah aku akan jadi orang sukses?

Apakah aku akan menjadi orang dengan sejuta pelayan?

Apakah jadi petani?

Nelayan?

Saudagar?

Apakah jadi seorang pengangguran?

Tanpa pendidikan?

Ataukah jadi pengemis jalanan?

Pemulung?

Atau bahkan menjadi seorang pecundang

Yang selalu lari dari kenyataan

Semua itu selalu tersemat di pikiran

                                    Apa yang harus aku siapkan?

                                    Apakah aku harus bekerja keras?

                                    Ataukah hanya diam dan bermalas-malasan?

Aku masih bingung

Merasa tertekan

Yang selalu diselimuti oleh ketakutan

Jika saja sehelai benang lebih berguna

Daripada aku di masa depan

                                    Tetapi, dalam kalbu yang terdalam

                                    Cita-cita dan harapan tinggi telah tertanam

                                    Semua hanya akan menjadi sebatas angan-angan

                                    Tanpa adanya perjuangan

                                    Semua tidak ada yang instan

                                    Untuk menggapai masa depan

                                    Semua itu melalui sebuah proses yang panjang

                                    Dan membutuhkan banyak pengorbanan

Jika harapan tinggi telah tertanam

Kita harus tetap bertahan

Bertahan satu detik lebih lama dari yang lain

                                    Semoga mimpi dan harapan

                                    Menjadi sebuah kenyataan

                                    Hingga membuat orang tuaku bangga

                                    Dan tersenyum bahagia

                                    Karena kelak anaknya menjadi

                                    Orang yang berpengaruh di dunia

Semoga Tuhan semesta alam mengabulkan, amin...

 

 

Suratan Takdir Masa Lalu untuk Masa Depan

Oleh : Aulia Afifatur Rohmah (IX-B)

 

Gegap gempita indah dunia membutakan mata

Gemerlap pesona semu memutar langkah jiwa

Ketika cinta dan cita berjalan pada satu jembatan yang sama

Pilihan terberat saat harus merelakan satu dari keduanya

Masa lalu yang indah namun kelam

Sebuah takdir yang telah lama tenggelam

Menggoreskan sayatan kecil bak kalam

Menjadikan pelajaran hidup dan pengingat bak alarm

Masa depan yang selalu kuimpikan

Bahkan hampir setiap saat menjadi khayalan

Dimana cita dan cinta teraih bersamaan

Tanpa banyaknya beban dan halangan

                                    Tuhan...

                                    Kutulis puisi ini menjadi saksi perjalanan

                                    Dimana aku mengubah masa lalu yang tak beraturan

                                    Menjadi masa depan yang memotivasi semua kalangan

Masa depan...

Bisakah kuraih mimpi tanpa alasan

Karena berjuta-juta orang pun jua memperjuangkan

Walau diberitahu itu hal paling mustahil dilakukan

                                    Cara yang paling licik jua dikerahkan

                                    Namun aku tetap pada pendirian

                                    Berpegang teguh pada takwa dan iman

                                    Percaya bahwa masa depan cerah terlukis di atas kanvas kejujuran

Aku dan masa depan

Sebuah catatan perjalanan

Dari suratan takdir masa lalu untuk masa depan

Yang kelak menjadi cerita di pengadilan akhir zaman

 

 

Antara Aku dan Langkah Itu

Oleh : Tri Susanti (IX-B)

 

Segenggam mimpi jauh hari telah terlukis di lubuk hati

Gambarkan sejuta bakat dan potensi

Atas izin illahi selalu muncul kuasai otak ini

Tanpa teka-teki hantuiku sejak dini

Langkah itu...

Kepada siapa ku harus mengadu

Jika tak bisa memperindah alam khayalanku

Mungkinkah pada buku kumuh penuh debu

Yang selalu diam dan tak pernah berseru

Aku ini gadis lemah lesu

Mampukah jalani strategi rumit itu

Sementara aku tak mengenali serpihan hal baru

Tentangnya perjuangan yang indah

Dimana aku berada di kalangan bawah

Dan kulakukannya dengan tabah

Tanpa ada kata pasrah

Sinar mentari dan seisi bumi

Dan kujadikannya sebagai saksi

Atas perjuanganku yang tiada henti

Sampai aku bisa meraihmu mimpi

Hingga diujung waktu

Membuatku bercengkeram dengan kawan seperjuanganku

Berbagi cerita di masa lalu

Hingga aku bisa meraih kesuksesan itu

 

 

Masa Depanku

Oleh : Yeni Setyowati (IX-B)

 

Saya terlahir dari keluarga yang sederhana

Dari sebuah kesederhanaan

Saya banyak belajar tentang bagaimana kehidupan sendiri

Ada kalanya kita akan berada di atas

Dan ada kalanya juga akan terjatuh

Kita tidak akan selamanya berada di atas

Dan sadarilah

Kita tidak akan pernah bisa maju

Apabila tanpa bantuan orang lain

Karena kita dilahirkan sebagai saudara

Selain itu,

Kita juga harus menerima sebuah kegagalan

Karena sebuah kegagalan

Akan menjadi sebuah kesuksesan

Apabila kita mau belajar

Dari kegagalan tersebut

Saya akan berusaha maju

Demi menggapai masa depanku

Namun yang paling terpenting untuk saya

Harus membahagiakan kedua orang tua saya

Karena beliau telah banyak berkorban demi saya

Sehingga saya seperti sekarang

Tanpa mereka saya tidak bisa seperti sekarang ini

Maka tujuan saya adalah membahagiakan kedua orang tua

 

 

 

 

Meraih Cita-cita

Oleh : Winarnimgsih (IX-A)

 

Cita-cita...

Kau adalah sebuah harapan bagiku

Kau adalah kebahagiaan di masa depanku

Takkan ada kata berhenti berlari untuk mengejarmu

Takkan ada kata putus asa untuk meraihmu

                                    Akanku mulai dengan langkah pasti

                                    Menapak langkah teguhkan hati

                                    Menatap cahaya sang mentari

                                    Sebelum denyut nadi terhenti

Tak akan jera aku untuk melangkah

Menerjal jalan yang kutempuh

Merajut semua cita meski aku lemah

Terus bangkit, meski aku terjatuh

                                    Walau kau jauh akan kutempuh jua

                                    Walau halangan dan rintangan terus ada

                                    Walau setinggi bintang di angkasa

                                    Akan tetap ingin ku meraihnya

Walaupun sampai ke negeri China

Akan tetap kuraih demi cita-cita yang mulia

Meraih Kesuksesan

Oleh : Mila Putri Apriliana (IX-A)

 

Gemerlap Cahaya Surya

Menyinari semua jagad raya

Meneteskan sebuah embun pagi

Yang penuh dengan teka-teki

                                    Nikmati...

                                    Resapi...

                                    Memang hidup penuh misteri

Berusaha mewujudkan mimpi

Karena usaha dan keberhasilan

Tak akan menghianati

                                    Kesuksesan ialah mampu meraih apa yang dicita-citakan

                                    Kesuksesan ialah mimpi yang menjadi kenyataan

                                    Untuk membuktikan bahwa hidupku

                                    Bisa memberi manfaat bagi sekitarku

Kini...

Aku berdiri

Di antara aku dan masa depanku

Yang membawaku melangkah maju

Menyusuri bukit keberhasilan

Yang penuh dengan gejolak kehidupan

Melangkah tinggi menuju tangga tantangan

Untuk meraih semua kesuksesan

 

 

Ketetapan Masa Depan

Oleh : Betty K.P (IX-B)

 

Ribuan tapak kulewati

Langkah demi langkah perlahan tapi pasti

Mimpi permimpi terus kuhayati

Untuk mengejar masa depan yang menanti

                                    Sejak dini kuutamakan rasa percaya diri

                                    Masa depan perlu adanya kemantapan diri

                                    Kekokohan hati yang siap menata hari

                                    Hari dimana impian sampai di ujung jari

Halangan dan rintangan terus silih berganti

Kesadaranku yang tak membuat goyah akan apa yang terjadi

Karena ketenangan jiwa yang menapaki impian ini

Kesiapan dan keyakinanku untuk bekalku di kemudian hari

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
MBAH KARYO

MBAH KARYO Oleh : Ispramono                 Pagi itu seperti pagi-pagi sebelumnya Mbah Karyo sudah terbangun untuk bersi

30/03/2021 09:26 - Oleh Administrator - Dilihat 515 kali
KASIH SEBENING EMBUN. oleh : Ispramono, S.Pd

            Kami delapan bersaudara, saya terlahir sebagai si bungsu. Si bungsu biasanya identik dengan manja, terpenuhi segala ke

15/03/2020 19:18 - Oleh Administrator - Dilihat 409 kali
FASTABIQUL KHAIRAT Oleh : M.Barid, S.Ag

          Dalam sebuah ceramah, sang da’i muda, yang mendadak terkenal itu menyampaikan isi pidatonya dengan berapi-api. Karena baru beberapa kali mengisi

15/03/2020 19:18 - Oleh Administrator - Dilihat 2870 kali