ANTOLOGI PUISI
SYAHDU
Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.
Kututup rapat mataku
Kudekap erat malamku
Hening....tanpa suara
Hanya hembusan nafas
Pelan yang membelah suasana
Syahdu merindu, kutepis diantara belukar cinta
Yang membahana
Sebuah nama tiada indah disapa,
Namun tiada elok untuk dilupa
PASRAH
Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.
Kau sapa aku diufuk pagi
Kau raih tanganku, kau ajak berlari
Meniti lekuk terjal situs sejarah hidupmu
Tanpa peduli rintang menghadang, pasti
Hingga kutergolek dalam keterpanaan raga
Lemah tiada berdaya
Kalut tiada terbalut
Dan akupun tertunduk dalam beku
Yang membiru.
LARI
Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.
Kicauku tak lagi merdu ditelingamu
Sangkarku tak lagi emas yang menyilaukan
Kepakan sayapku tak lagi menggebu
Namun aku tak butuh belas kasihmu
Dan....
Ketika kau datang menghampiriku
Untuk membelai lembut bulu-buluku
Aku terhenyak namun aku mengepak
Karena mataku tak lagi bersih memandangmu
Sekalipun seribu kakimu melangkah mendekatiku
Seribu langkah yang kan kugunakan untuk berlari darimu
Walaupun seribu peti emas kau usung dihadapanku
Seribu jelaga yang kan kusiramkan pada wajah busukmu
Biar kuterbang dengan sayap kecilku
Biar kubawa secuil asa yang masih tersisa
Biar kutabur cahaya disebuah senja
Dan lentera sebagai pemecah gelapnya suasana.
HAMPA
Oleh : Siti Wahyuni, S.Pd. M.Pd.
Bibir terkatup rapat
Namun…
Gemuruh dalam dada
Sesak dan menyesakkan
Urat saraf seakan menegang
Gelegak darah seakan terhenti
Panas terasa
Pening terbawa
Pandangan menerawang
Jauh tiada batas
Menembus dinding-dinding keras
Tiada yang ditemukan disana
Hampa!!!
Ingin meraih
Namun…
Jurang menganga tiada bertepikan
Curam dan terjal tiada terlukiskan
Sentuhan halus yang tiba-tiba
Menyadarkanku
Dan akupun tergolek lemas
Tiada berdaya
SAYA
Oleh : Bambang Tri Antoro, S.Pd
manis rasanya.
ketika dilantunkan AsmaNya beranjak tertegakkan panggilannya.
saat risalahNya direndahkan sontak kalbu gemuruh tergelora.
saat hitam putih tak tercampur warna nyata penuh pembeda.
hmm...indahnya....
tapi sekarang apa?
panggilanNya tak lagi menggetarkan.
AsmaNya tak lagi terlantunkan.
tuntunanNya risau tertunjukkan.
ingin rasanya meranum kembali...
kala 'nglilir nang' terdengar di pagi dan senjanya.
kala kaki-kaki lincah ceria melingkar 'dampar' berisi penuh do'a.
saat tiap helai goresan terucap memberi makna.
saat pengharapan tangisan syukur terpanjatkan hanya padaNya.
duh gusti...
sadarkan disetiap bisikan terbilang kumelambung, sesungguhnya banyak-banyak harus merenung.
duh gusti...
terjagakan disetiap tipuan terpananya dunia, sesungguhnya fana yang membawa merana.
PERJUANGAN
Oleh : Muhaji, S.Pd
Kau berangkat pagi
Dengan semangat membara
Untuk meraih cita-cita
Demi masa depan yang bahagia
Namun godaan demi godaan
Terus melanda si calon bahagia
Perlu langkah pasti untuk mencapai
Merubah godaan jadi peluang
Kita sandarkan semua pada-Nya
Sang penentu kebahagiaan
Hati lebih tentram dan nyaman
Dalam menyongsong masa depan
KEMBALILAH
Oleh : Ide Ajarwirawan, S.Pd
Pak…
Adakah salah kami
Adakah kurang santun kami
Adakah kurang serius kami
Pak…
Akhir-akhir ini kami kehilangan arah
Tak tahu mau melakukan apa
Tak paham juga mau kemana
Yang pasti kehilangan arah
Pak…
Kembalilah
Entahlah....
Oleh : Jatmoko Tri Subiyantoro, S.Pd
Sebenarnya ......
Aku ingin menjadi yang tak mudah mengeluh
Yang tegar dan tak rapuh
Yang ingin berkata dan bertindak dengan sungguh
Kata mereka
Hidup itu tentang keyakinan, kecintaan dan kesungguhan
hidup adalah pembuktian
Namun nyatanya
Terlalu banyak keluh
Meski hanya setitik peluh
sulit memang.....
tapi bagaimanapun juga harus dilakukan
harus dipaksakan
harus dikalahkan
apapun dan bagaimanapun itu
entahlah
DO’A SANG GURU
Oleh : Maslikhah, S.Pd
Tuhan…
Bantulah aku di setiap sujud menghadapmu
Memohon dan bermunajat untuk murid-muridku
Tuhan…
Kuatkan suara, tubuh dan pikiran mereka
Tingkatkan motivasi pada setiang langkah mereka
Berikan ekspresi pada perasaan mereka
Kendalikanlah tingkah laku mereka
Dan yang terpenting
Berikan kasih, saying dan cinta di hati mereka
Agar pikiran dan hati nurani tidak punah
Rindu Daun Lumbu
Oleh : Susanto, S.Pd
Hujan akan kembali datang
Seperti janjinya yang pernah hilang
Janji yang terucap pada daun lumbu di pekarangan
Janji yang tersampai
Pada rinai di bulan Juli
Tetesannya mengalir
Tersentuh tak menyatu
Daun lumbu selalu merindu
Walau tak pernah bercumbu
Rindu dan Harapan
Oleh : Ispramono, S.Pd
Tertegun sejenak mataku memandang
Wajahku yang lusuh lesu tak terhadang
Memikirkan anak didikku tersayang
Anak didikku sayang……
Ilmuku adalah bekal masa depanmu
Nasehatku adalah embun penyejuk hatimu
Karyaku adalah tauladan untukmu
Doaku adalah pembuka jalan untukmu
Anak didikku sayang……
Tetapkan hatimu bulatkan tekadmu
Tetapkan langkahmu ayun asamu
Hari esok menanti karyamu
Hari esok menanti baktimu
PENGORBANAN IBU
Oleh : Ali Wahyudi S.Pd
Malam ketika itu…
Kudengar sebuah cerita tentangmu ibu
Tentang sejarah adanya diriku
Sejarah pengorbananmu selama 9 bulan
Kudengar…
Engkau menangis di setiap malam di setiap sujudmu
Engkau menahan kesakitan di sela hari-harimu
Engkau merelakan semua keinginan dan anganmu
Semua tangismu untuk mendoakanku
Semua kesakitanmu demi kebaikanku
Semua keinginan buat masa depanku
Ibuku…
Kasih sayangmu sepanjang masa
Cinta kasihmu tak terbatas emas permata
Aku mencintaimu ibu…
JERIT TANGIS SANG LELUHUR
Oleh : Sutanto, S.Pd
Berabad tahun silam
Merajut, merakit jampi-jampi dan dupa
Duduk bersila mandi peluh tak terasa
Terkobar semangat jiwa
Tundukkan kepala pada yang kuasa
Duduk bersila komat-kamit
Bermunajad, berdo’a
Jari jemarimu hendak meraih segenggam harapan di sana
Langkahmu kian pasti
Menjelajahi tangga cita
Usaha telah terlaksana
Adakah hasil nyata
Peluh, keringat bercucuran
Lempengan besi dibakar dibentuk
Bermacam nama dirasa
Mengalunkan irama yang indah
Zaman baru membakar
Sirna sudah tak terasa
Angkuh, sombong, karena perut
Tak lagi kau peduli
PAHLAWAN DEVISA
Oleh : Sri Wahyuni, S.Pd
Hanya harapan
Yang akan membuatmu bertahan
Bahkan semangatmu
Dapat melampaui kesedihan
Keberangkatan yang dipenuhi kata tanda Tanya
Keraguanpun kau tutupi dengan senyuman
Yang ada hanyalah segenggam harapan
Demi perbaikan hidup di masa depan
Kini jalanmu telah terbuka
Selembar peta dan bintang di angkasa
Akan menuntunmu kepada-Nya
Selamat berjuang pahlawan devisa
Dunia sudah mengakuimu
Jauhkan rasa rindu pada keluarga
Semoga pengorbananmu
Menjadi inspirasi bagi generasi muda
JIWA PEMUDA
Oleh : Supriati, S.Pd
Angkat tanganmu wahai pemuda
Kepalkan dengan semangat jiwa
Menata kemajuan bangsa
Kamu pemuda pencipta surga Indonesia
Hidupmu bukan debu pencemar pengotor Negara
Hidupmu bukan benalu, perusak bumi yang layu
Ragamu bukan batu, yang tercipta dalam debu
Ragamu bukan putri malu, surut mundur tak ingin maju
Hidupmu lampu penerang bangsa
Hidupmu madu pemanas derita jelata
Ragamu udara yang melaju
Ragamu buas harimaumu
ASA LEBARAN
Oleh : Roedy Julianto
Malam lebaran
Rembulan… di atas hamparan
Tertatih gontai langkah sekumpulan anak jalanan
Diantara nyaring gema takbiran
Berpacu di kegelapan malam
Masih tersisa sedikit harapan
Runtuhnya sekeping recehan
PERMAINAN RASA
Oleh : Martini, S.Pd
Rasa itu datang dari sang pencipta
Kapan rasa itu datang
Dan kapan rasa itu hilang
Karena rasa itu bisa keluar nalar
Nalar yang mengakar
Karena rasa orang bisa tersesat
Karena rasa orang bisa merasa
Karena rasa orang menjadi bisa
Karena rasa orang akan merasa
Karena rasa menjadi malapetaka
Karena rasa harus terjaga
Sanjung rasa bagaikan mas berlian
Karena rasa itu...................
Satu satuan ciptaan Sang Illahi
Yang harus dimaknai
NIAT TULUS SEORANG GURU
Oleh : Kadenun, S.Pd
Dikala berangkat ke sekolah
Semua rencana siap sedia
Baik kondisi sehat atau lelah
Tiada lupa disertai dengan do’a
Walaupun jarak tempuh cukup jauh dari sekolah
Kita tetap ikhlas dan istiqomah
Percayalah Tuhan Maha Pemurah
Insyaallah hasil akhir akan barokah
Hilang perasaan tegang pada kita
Akan berubah menjadi ceria
Dikala berinteraksi dengan para siswa
Selalu taat, patuh dan menghargai kita
Puas dan lega perasaan di dalam hati
Tatkala proses pembelajaran usai
Bersyukur dan berdo’a pada Illahi
Semoga Tuhan meridhoi niat kami
LANGIT SIANG
Oleh : Aris Ngesti Budi Utami, S.Pd
Ada angan menerawang di siang
Angan membentang diantara padang ilalang
Harapan akan hari yang mendatang
Gemuruh gendang hati lantang menerjang
Menggapai hari yang berjalan dengan tenang
Hai dengar anak-anakku
Sabar ,ikhtiar , tegar terus berkobar
Raih harimu dengan mata binar pandang langit biru nan bersinar
Pantang menyerah walaupun kalah
Karena kalah bukan berarti mati
Kalah ibarat dormansi
Untuk persiapan tumbuh nan berseri
Seperti bunga di depan kelas yang berwarna warni
Pupuk dan sirami setiap hari
Biar tambah biji demi biji
Menghiasi halaman sekolah ini dan menyejukan hati
KAU DAN AKU
Oleh : Kusrini, S.Pd
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh menghormati hokum
Kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin
Kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana?
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai
Kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh membangun
Aku membangun kau merusaknya
Aku kau suruh menabung
Aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku menggarap sawah
Sawahku kau Tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah
Aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana?
IBU
Oleh : Maurinus Ponijan, S.Pd
Sekian lama kau membimbingku
Berliku jalan yang kau tempuh
Badan lelah tak pernah kau rasa
Takkan ku lupa jasamu sepanjang masa
Ibuku,
Di sampingmu kuingin berteduh
Rindu hatiku ingin bertemu
Ku hanya bias merenung
Atas kepergianmu
PUISI ILAHI
Oleh : Muhammad Barid, S.Ag
Kemolekanmu tak akan pernah tertandingi meski oleh bidadari
Kekuatan syairmu mengalahkan indahnya kidung sunyi para musisi
Gelora semangatmu tak mampu terbendung walau dengan berbagai konspirasi
Bentang sayapmu begitu luas merengkuh segala pertiwi hingga menembus ke relung hati
Puisi ilahi…
Amarahmu begitu menggetarkan sanubari
Bahkan mampu mengunci mati hati insane
Detak jantungmu begitu mengintimidasi
Kekosongan jiwa akan mampu terisi hanya dengan menyelami sanubarimu
Ketotalitasanmu tak kan mampu menggeser kekuatan para pesaingmu
Puisi ilahi…
Mampukah diriku menyatu visi…
HARAPAN KOSONG
Oleh : Surti Ariyani
Surya tenggelam di ujung barat
Untuk me-----
Rembulan bersinar di malamnya
Tak seindah
Impian yang ku harapkan
Anakku…
Oleh : Sri Hartatik
Walau kau lahir bukan dari rahimku
Tapi kau sudah kuanggap sebagai anak kandungku
Anakku…
Engkau adalah anakku saat di rumah maupun di sekolah
Anakku…
Perlu kau tahu kini bapak – ibu sedang resah
Engkau sering berbuat ulah
Engkau adalah tumpuan pijakan masa depan
Engkau adalah harapan hadapi kejamnya jaman
Ayo kita berbuat tuk sahabat dan masyarakat
Ayo kita berusaha tuk mencari ridho yang kuasa
Ayo kita bangkit
Ayo kita usir
Tinggalkan yang mubadzir
Bekali diri tuk hari akhir
GADIS WAKTU MATAHARI NAIK SEPENGGALAHAN
Oleh : Isna Mar’atus Mubarokah, ST
Bukan bidadari dari surga
Bukan pula putri seorang raja
Apalagi pemenang kontes kecantikan dunia
Tapi…
Pesonanya membius insan manusia
Pesonanya bukan karena editan kamera
Pesonanya bukan karena indahnya busana
Pesonanya bukan karena relativitas manusia
Gadis itu…
Senyumnya menyejukkan
Tuturnya menentramkan
Tingkahnya mendamaikan
Karena…
Manifestasi dari waktu yang tak pernah ia tinggalkan
Munajatnya saat matahari naik sepenggalahan
Gadis itu…
Gadis waktu matahari naik sepenggalahan
BENCANA
Oleh : Dra. Rully Dwi Riana
Wahai manusia…
Jangan kau sesali.. Tuhanmu
Memberikan hukuman berat
Hingga ratusan nyawa menjadi korbannya
Tak ingatkah bagaimana kelakuanmu terhadap alam
Kau rusak semua tanpa sedikitpun iba
Masih ingatkah…
Bagaimana ratusan pohon kau tebang
Ribuan hektar kau bakar
Hingga…
Bumi yang indah ini hilang keseimbangannya
Wahai manusia…
Itulah balasan alam kepadamu
Agar kamu sadar
Bahwa…
Kau amat kecil…
CERMIN DIRI TAK SAMPAI
Oleh : Rias Susilowati, S.Pd. M.Pd.
Saat terdeteksi… merinding
Ketakutan menghujam sampai ke ulu hati
Resah terhampar
Gelisah tergambar
Badai bertubi-tubi
Menghantam ganas relung hati…
Mampukah aku
Menciptakan cahaya hati
JIKA
Oleh : Rias Susiloowati, S.Pd., M.Pd.
Lakumu nyasaaar
Senyummu hambar
Nadamu sumbang
Itu rasamu
Bangun
Bangunlah nak……
Tuangkan
Luapkan
Tumpahkan
Pasrahkan…
Tengadah ke langit
Segenap hatimu
Tanpa ba bi bu
Jalan lurus
Ikut alur
Tenang, nyantai, landai
DAMAI
JALAN MENUJU SURGA
Oleh : Murti Widayati, S.Pd
Gemetar tangan ini
Bermuarakan keringat dingin
Rasa cemas menyelimuti diriku
Ada apa dengan telapak tanganku ini?
Kupandangi terus
Serasa tak mampu tuk berkedip
Sesekali kuusap..
Kuraba
Ada apa dengan telapak tanganku ini?
Semakin kupandangi,
Semakin jelas
Nyata…
Nampak guratan-guratan kecil
Woow…
Bukan!
Bukan sekedar guratan
Itu sebuah jalan…
Jalan yang sangat membingungkan
Ada pertigaan, perempatan bahkan perlimaan
Terjal berlobang
Hati-hati..
Ya, hati-hati
Sampai salah melangkah bias terperosok ke jurang
Jurang tak berbatas
Ku tatap ke depan
Kucoba untuk melangkah perlahan…
Menelusuri lorong-lorong yang terjal
Berliku…
Terseok-seok ku melangkah
Terasa melelahkan
Lelah…
Dimakan usia
Melangkah…
Teruslah melangkah
Pelan…
Tapi pasti
Karena aku begitu yakin
Ada satu titik jalan
Yaitu
Jalan menuju Surga
PAHIT DI RASA DAMAI DI HATI
Oleh : Murti Widayati, S.Pd
Lihatlah tubuhku…
Pahit rasa lidahku
Kering sudah kerongkongan ini
Lama tak tersiram rasa manis
Lihat kulitku…
Semakin kisut, perlahan tapi pasti
Lelah raga ini… lelah jiwa ini
Di sorong berjuta-juta duri
Lelah oleh angin dan badai yang menyapu
Lihat mataku ini
Tak lagi sebening dulu
Keruh oleh air yang mengalir deras
Lihatlah telinga ini…
Masih terdengar nyanyian-nyanyian
Yang mendendangkan lagu bersyairkan hujatan, makian…
Dan alunannya begitu menyayat hati
Semakin ngilu terasa
Sakit, marah, benci, kecewa, bangga
Berkecamuk jadi satu,
Dalam wadah mungil dan terbungkus rapi
Kemana harus kucari damai hati ini
Sayup-sayup terdengar suara
Semakin jelas… semakin tegas!
Itu obat!
Itu obat… telan semuanya!
Jangan sampai tersisa
Kuberanikan diri menelan habis obat ini
Kutemukan rasa damai di hatiku
Dalam satu jalan keridhoan-Mu
Amin…
Jangan…
Oleh : Slamet Utomo, S.Pd
Di tengah malam yang larut
Angan menyeruak jauh ke singgasana
Jangan biarkan angan mengambang
Jadikan asa tuk sadarkan cita
Buih-buih harapan telah bertebaran
Bak intan permata di tengah lautan
Berkilau, syarat dengan warna-warni yang khas menyapa
Jangan biarkan permata putus asa
Dekati, sapa, rengkuh, sambut dan peluk dengan damai
Walau kadang sirna ditelan larutnya malam
Jangan… biarkan harapan ini hampa
Teguhkan jiwa
Satukan makna
Jelajahi arah yang nyata nan pasti
Lantunkan nada seindah kriya
Jangan… biarkan ada sekat yang mendera
Antara cipta, karsa dan rasa
Jangan… kau menderai air mata
Selagi ada Allah masih menyapa
Jangan lalai, linglung dan mengeluh
Bugarkan jiwa, arungi samudra dan jelajahi angkasa
Tuk raih seberkas makna yang hamper sirna
Jangan… biarkan jiwa melayang tanpa batas
Ingat karunia, jasa, karena Dia yang mencipta telah mengujinya
Jangan…
Jangan…
Diabaikan semuanya
SEMANGAT
Oleh : Ansori Priyambodo, S.Pd
Remang-remang sejuk menyegarkan
Dengan angin pagi
Yang tiap hari member tiupan
Energi yang terus teruji
Pemberi semangatku…
Pengabdian, anak dan keluarga
Menghindarkan dari ketermanguan
Menunggu apa yang tercurahkan
SECARIK TANDA SAYANG
Oleh : Mariyani Cholidiyah S.Pd
Kugoreskan tinta asa
Bergelut rasa di dada
Hati bergetar menahan debar
Kutuangkan dengan penuh sadar
Peduli dasar dari keinginan
Mandiri itu adalah tujuan
Empati wujud kasih sayang
Bimbingan agar kau paham
Konseling agar kau tak mengulang
Advokasi bentuk pembelaan
Home visit suatu perhatian
Menangis jika sayangku kau salah artikan
Merintih jika sayangku kau abaikan
Trenyuh jika kau tenggelam
Melambung jika kau bahagia
Aku bukan polisi di setiap tindakanmu
Bukan pula satpol PP di ruang gerakmu
Bukan dukun di setiap penyakitmu
Aku adalah temanmu…
Aku juga ibumu…
Dan aku wadah curhatmu…
Kan kulayani setiap waktu
Dan mendoakanmu setiap sujudku
Masa Depan
Oleh : Laras De Arneta
Di masa depan
Hujan yang sejuk tak terasa sama
Rumah yang nyaman tak lagi terasa aman
Boneka-boneka cantik yang kau suka
Tak menarik lagi bagimu
Di masa depan
Punggungmu terhimpit oleh beban yang menekan
Engkau bermalas-malasan
Berkeping-keping obat kau telan
Di masa depan
Kau terdesak oleh kepanikan
Setiap hari adalah mimpi buruk
Cemas.. sendu.. gelisah..
Kau hidup dalam baying-bayang ketakutan
Atas hiruk-pikuk yang kau ciptakan pada hari ini
Ini adalah surat untukmu
Dari kamu, di masa depan
Curhatku
Oleh : Wilis Wijayanti
Terjaga tersentuh desir angin-Mu
Bawa langkahku sapa alam-Mu
Dingin air-Mu sentuh tubuhku
Siram semangat pagi indahku
Niat hati curhat pada-Mu
Di syahdunya sepertiga malam-Mu
Kutengadahkan tanganku
Tuhan bimbinglah langkahku selalu
TANPA JUDUL
Oleh : Lauri
Cinta kadang tak mengenal siapa yang ia perjuangkan
Cinta kadang berpura-pura kuat di hadapan tuannya
Cinta kadang terlihat bodoh ketika dipermainkan oleh tuannya
Tapi cinta tak pernah salah apa yang telah ia lakukan kepada tuannya
Dan ketika cinta jatuh ketahuilah dia tak pernah salah orang
Dan cinta itu tak perlu muluk-muluk jika ingin bahagia
Ketahuilah cinta itu selalu datang tiba-tiba
Tak memberi aba-aba ataupun tanda peringatan
Seperti sehelai daun yang jatuh sekalipun dari rantingnya
UNTUKKU
Oleh : Istanto
Lidah membuat kita terluka
Hingga…
Ego membuat kita terpisah
Aku pergi ke heningan malam
Engkau pergi ke ujung jalan
Tanpa menoleh lagi ke belakang
Di tepi pasir putih ini
Aku kembali merenungimu
Mengapa pengorbanan untuk cinta kita
Tak dianggap ada
RATRI
Oleh : Sumiran
Wanci sumunar lintang ing angkoso
Sumilir angin nambah ayem suasono
Ratri tenang katon gumebyar
Sarwa kesengsem elok ing netro
Agunging panuwun marang gusti
Tansah pinaringan rahayu
Mugo tansah emut
Samudaya peparinge gusti
RINDU
Oleh : Atika Ningtyas, S.Pd
Senja itu diam…
Saat pucuk cemara terpaku membisu
Usik lamunan di langit yang kian meredup
Menyembunyikan asa yang tak kunjung mengaku
Wahai sepi…
Masih sanggupkah kau menangguhkan rindu?
Diam… diam… diam
Bersembunyi di bait-bait puisi pilu
Kepada hati yang hanya mampu membisu
Bersabarlah…
Berlapanglah…
Lupakanlah…
Biarkan angin, hapus gelisah itu
Kau tahu…
Oleh : Lina Elida
Membuat bangga orang lain sangatlah mudah
Tapi pernahkah terfikirkan…
Membuat bangga diri-sendiri?
Perang berkecamuk
Antara ingin dihargai atau menjadi diri-sendiri
Masa muda…
Masa tua…
Ahhh… Mungkin aku memasuki masa…
Hmmmmmm…….
Masa lalu kadang bertanya
Sekuat itukah aku…
Setangguh itukah aku…
Setegar itukah diriku…
Sekerdil itukah aku…
Masa lalu… pijakan untuk hari ini
Aku berusaha menertawakan hari yang kemarin
Jadi Apakah Aku di Masa Depan
Oleh : Alfandi Rifaul N. (IX-A)
Terkadang aku berfikir
Jadi apakah aku di masa depan?
Apakah aku menjadi orang mapan dengan segudang uang?
Apakah aku akan jadi orang sukses?
Apakah aku akan menjadi orang dengan sejuta pelayan?
Apakah jadi petani?
Nelayan?
Saudagar?
Apakah jadi seorang pengangguran?
Tanpa pendidikan?
Ataukah jadi pengemis jalanan?
Pemulung?
Atau bahkan menjadi seorang pecundang
Yang selalu lari dari kenyataan
Semua itu selalu tersemat di pikiran
Apa yang harus aku siapkan?
Apakah aku harus bekerja keras?
Ataukah hanya diam dan bermalas-malasan?
Aku masih bingung
Merasa tertekan
Yang selalu diselimuti oleh ketakutan
Jika saja sehelai benang lebih berguna
Daripada aku di masa depan
Tetapi, dalam kalbu yang terdalam
Cita-cita dan harapan tinggi telah tertanam
Semua hanya akan menjadi sebatas angan-angan
Tanpa adanya perjuangan
Semua tidak ada yang instan
Untuk menggapai masa depan
Semua itu melalui sebuah proses yang panjang
Dan membutuhkan banyak pengorbanan
Jika harapan tinggi telah tertanam
Kita harus tetap bertahan
Bertahan satu detik lebih lama dari yang lain
Semoga mimpi dan harapan
Menjadi sebuah kenyataan
Hingga membuat orang tuaku bangga
Dan tersenyum bahagia
Karena kelak anaknya menjadi
Orang yang berpengaruh di dunia
Semoga Tuhan semesta alam mengabulkan, amin...
Suratan Takdir Masa Lalu untuk Masa Depan
Oleh : Aulia Afifatur Rohmah (IX-B)
Gegap gempita indah dunia membutakan mata
Gemerlap pesona semu memutar langkah jiwa
Ketika cinta dan cita berjalan pada satu jembatan yang sama
Pilihan terberat saat harus merelakan satu dari keduanya
Masa lalu yang indah namun kelam
Sebuah takdir yang telah lama tenggelam
Menggoreskan sayatan kecil bak kalam
Menjadikan pelajaran hidup dan pengingat bak alarm
Masa depan yang selalu kuimpikan
Bahkan hampir setiap saat menjadi khayalan
Dimana cita dan cinta teraih bersamaan
Tanpa banyaknya beban dan halangan
Tuhan...
Kutulis puisi ini menjadi saksi perjalanan
Dimana aku mengubah masa lalu yang tak beraturan
Menjadi masa depan yang memotivasi semua kalangan
Masa depan...
Bisakah kuraih mimpi tanpa alasan
Karena berjuta-juta orang pun jua memperjuangkan
Walau diberitahu itu hal paling mustahil dilakukan
Cara yang paling licik jua dikerahkan
Namun aku tetap pada pendirian
Berpegang teguh pada takwa dan iman
Percaya bahwa masa depan cerah terlukis di atas kanvas kejujuran
Aku dan masa depan
Sebuah catatan perjalanan
Dari suratan takdir masa lalu untuk masa depan
Yang kelak menjadi cerita di pengadilan akhir zaman
Antara Aku dan Langkah Itu
Oleh : Tri Susanti (IX-B)
Segenggam mimpi jauh hari telah terlukis di lubuk hati
Gambarkan sejuta bakat dan potensi
Atas izin illahi selalu muncul kuasai otak ini
Tanpa teka-teki hantuiku sejak dini
Langkah itu...
Kepada siapa ku harus mengadu
Jika tak bisa memperindah alam khayalanku
Mungkinkah pada buku kumuh penuh debu
Yang selalu diam dan tak pernah berseru
Aku ini gadis lemah lesu
Mampukah jalani strategi rumit itu
Sementara aku tak mengenali serpihan hal baru
Tentangnya perjuangan yang indah
Dimana aku berada di kalangan bawah
Dan kulakukannya dengan tabah
Tanpa ada kata pasrah
Sinar mentari dan seisi bumi
Dan kujadikannya sebagai saksi
Atas perjuanganku yang tiada henti
Sampai aku bisa meraihmu mimpi
Hingga diujung waktu
Membuatku bercengkeram dengan kawan seperjuanganku
Berbagi cerita di masa lalu
Hingga aku bisa meraih kesuksesan itu
Masa Depanku
Oleh : Yeni Setyowati (IX-B)
Saya terlahir dari keluarga yang sederhana
Dari sebuah kesederhanaan
Saya banyak belajar tentang bagaimana kehidupan sendiri
Ada kalanya kita akan berada di atas
Dan ada kalanya juga akan terjatuh
Kita tidak akan selamanya berada di atas
Dan sadarilah
Kita tidak akan pernah bisa maju
Apabila tanpa bantuan orang lain
Karena kita dilahirkan sebagai saudara
Selain itu,
Kita juga harus menerima sebuah kegagalan
Karena sebuah kegagalan
Akan menjadi sebuah kesuksesan
Apabila kita mau belajar
Dari kegagalan tersebut
Saya akan berusaha maju
Demi menggapai masa depanku
Namun yang paling terpenting untuk saya
Harus membahagiakan kedua orang tua saya
Karena beliau telah banyak berkorban demi saya
Sehingga saya seperti sekarang
Tanpa mereka saya tidak bisa seperti sekarang ini
Maka tujuan saya adalah membahagiakan kedua orang tua
Meraih Cita-cita
Oleh : Winarnimgsih (IX-A)
Cita-cita...
Kau adalah sebuah harapan bagiku
Kau adalah kebahagiaan di masa depanku
Takkan ada kata berhenti berlari untuk mengejarmu
Takkan ada kata putus asa untuk meraihmu
Akanku mulai dengan langkah pasti
Menapak langkah teguhkan hati
Menatap cahaya sang mentari
Sebelum denyut nadi terhenti
Tak akan jera aku untuk melangkah
Menerjal jalan yang kutempuh
Merajut semua cita meski aku lemah
Terus bangkit, meski aku terjatuh
Walau kau jauh akan kutempuh jua
Walau halangan dan rintangan terus ada
Walau setinggi bintang di angkasa
Akan tetap ingin ku meraihnya
Walaupun sampai ke negeri China
Akan tetap kuraih demi cita-cita yang mulia
Meraih Kesuksesan
Oleh : Mila Putri Apriliana (IX-A)
Gemerlap Cahaya Surya
Menyinari semua jagad raya
Meneteskan sebuah embun pagi
Yang penuh dengan teka-teki
Nikmati...
Resapi...
Memang hidup penuh misteri
Berusaha mewujudkan mimpi
Karena usaha dan keberhasilan
Tak akan menghianati
Kesuksesan ialah mampu meraih apa yang dicita-citakan
Kesuksesan ialah mimpi yang menjadi kenyataan
Untuk membuktikan bahwa hidupku
Bisa memberi manfaat bagi sekitarku
Kini...
Aku berdiri
Di antara aku dan masa depanku
Yang membawaku melangkah maju
Menyusuri bukit keberhasilan
Yang penuh dengan gejolak kehidupan
Melangkah tinggi menuju tangga tantangan
Untuk meraih semua kesuksesan
Ketetapan Masa Depan
Oleh : Betty K.P (IX-B)
Ribuan tapak kulewati
Langkah demi langkah perlahan tapi pasti
Mimpi permimpi terus kuhayati
Untuk mengejar masa depan yang menanti
Sejak dini kuutamakan rasa percaya diri
Masa depan perlu adanya kemantapan diri
Kekokohan hati yang siap menata hari
Hari dimana impian sampai di ujung jari
Halangan dan rintangan terus silih berganti
Kesadaranku yang tak membuat goyah akan apa yang terjadi
Karena ketenangan jiwa yang menapaki impian ini
Kesiapan dan keyakinanku untuk bekalku di kemudian hari
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
MBAH KARYO
MBAH KARYO Oleh : Ispramono Pagi itu seperti pagi-pagi sebelumnya Mbah Karyo sudah terbangun untuk bersi
KASIH SEBENING EMBUN. oleh : Ispramono, S.Pd
Kami delapan bersaudara, saya terlahir sebagai si bungsu. Si bungsu biasanya identik dengan manja, terpenuhi segala ke
FASTABIQUL KHAIRAT Oleh : M.Barid, S.Ag
Dalam sebuah ceramah, sang da’i muda, yang mendadak terkenal itu menyampaikan isi pidatonya dengan berapi-api. Karena baru beberapa kali mengisi